mY !maG!n@t!on

my !mag!nat!on was geTT!ng fresH everyday

Rabu, 07 Januari 2009

Panggung Sandiwara

Setelah dipaksa oleh Rahwana dan melihat semua peloton sudah dekat, keduanya memusatkan pikiran. Saat itu diprediksi bahwa Rahwana akan menang. Dan akhirnya Rama memutuskan untuk melakukan tiwikrama, mengubah dirinya menjadi Bethara Wishnu. Untuk beberapa saat Rahwana dan seluruh penonton tidak berkata apa-apa, kagum dengan sesuatu yang aneh dan hebat, muncul dengan tiba-tiba. Namun kemudian para prajurit bingung. Rama sendiri juga terkejut dan bingung ketika Rahwana memberikan naskah seperti akan menuntut sesuatu, yang tak jelas.
Lalu kemudian, tanpa persetujuan Rama, Rahwana mengakhiri perang. Banyak prajurit mengomel, protes dengan ide gila Rahwana karena mereka pikir bahwa sebenarnya peperangan akan berlangsung sangat lama dan sangat seru.
Rahwana hanya melemparkan senjatanya, sementara Rama yang ada di sampingnya hanya memandang dengan heran dan bingung sambil mengerutkan dahi. “Apa yang terjadi denganmu? Ayo bangun! Lanjutkan pertarungan kita!” Rama berteriak.
Rahwana menggeleng. “Kita tidak perlu lagi melanjutkan pertarungan! Kamu curang!”
Rama mengerutkan dahi lagi. Bingung. “Apa yang salah?”
“ Ini tidak adil.” Rahwana berteriak sembari menampakkan wajah kekecewaan.
“Kenapa?”
“Kamu melakukan Tiwikrama!” Rahwana mengambil nafas dalam. Untuk beberapa saat dia terhenti, kemudian melanjutkan bicaranya. “Kamu sendiri pasti tahu, bahwa tanpa melakukan tiwikrama pun, kamu selalu jadi pemenang. Ini sudah digariskan. Jadi, aku pikir kamu akan selalu menang dalam pertarungan ini, pasti….”
“ Ini bukan kamu Rahwana. Rahwana tak akan se-pesimis ini. Apa kamu tidak melihat bahwa sekarang kamu hampir menaklukkanku?.”
“ Mungkin! Tapi belum dan sepertinya tidak akan pernah. Karena kamu akan selalu jadi pemenang. Ini tidak akan pernah berubah. Aku sekarang benar-benar bosan. Walaupun aku mencoba untuk menciptakan cara baru dalam pertarungan ini, aku akan selalu jadi yang kalah. I hate u Rama, Bulshit, Fuck u !!!!
“Apa aku perlu mengemis maafmu? Baguslah. Jika seperti itu” Rama menggaruk rambutnya “ Kenapa kamu selalu manyakiti yang lain?.”
“ Ini peranku! Apa kamu pikir ini keinginanku? Kau tahu, aku tidak pernah punya pilihan! Segalanya diberikan untukku secara sementara. Tidak kekal seperti yang diberikan untukmu.”
“ Jika kamu memang sadar kalau itu peranmu, kenapa kamu komplain?”
“ Aku tidak tahu….tapi aku pikir, aku perlu ganti nama.”
Rama tertawa. Mungkin dia merasa sedikit senang dengan pernyataan Rahwana. “Lalu bagaimana sekarang? Apa kita akan melanjutkan pertarungan kita kembali? Jika kamu menolak, kembalikan Sinta padaku. “
Rahwana tenggelam dalam kesunyian untuk beberapa detik. “ Baiklah kalau begitu, kamu boleh membawanya pergi, tapi lepaskan aku. Aku hanya ingin pergi dan menghilang……”
“Kemana?”
“Kemana pun aku pergi, itu bukan urusanmu!”
“Rama meringis dan tersenyum lebar tanda setuju. Dia komat kamit mengucapkan sesuatu. Dan kemudian untuk beberapa detik dia melancarkan ilmu gingkang-nya dan menghalangi jalan Rahwana.
Rahwana marah dan berang, “ Terkutuk kau! Kamu bilang jika aku mengembalikan sinta padamu, kamu tidak akan menggangguku lagi.
“Maaf Rahwana,” Rama berbicara dengan kasar “ Aku hanya ingin tahu kemana kamu pergi. Aku tidak ingin kalah lagi darimu…..”
“Kenapa?”
Rahwana tertawa kecil dan tertekan. Tiba-tiba satu sampai seratus detik Rama merubah dirinya menjadi Wisnu dan tiba-tiba dia menganggkat tangannya yang penuh dengan gumpalan sinar cahaya, ditujukan untuk melawan dada Rahwana. Tidak ada yang Rahwana lakukan. Di dadanya, muncul luka tembakan yang sangat dalam. Rahwana mati tanpa memejamkan matanya.
Rama hanya berdiri. Dia hanya berdiri tanpa berkata apa-apa. Begitu pula seluruh pasukan. Rama dengan cepat merubah dirinya lagi. Dia memandang matahari terbenam, yang mulai menyanyikan lagu kesendirian. Tidak ada yang tahu keberadaan Rahwana. Jika Rahwana tidak ada, mungkin Rama juga tidak ada. Memang semuanya tampak begitu buram dan diragukan. Tapi sesuatu tampak jelas bahwa Rahwana pasti dibunuh Rama. Rama akan selalu ada dan ada. Rahwana sudah dibunuh oleh Rama dan tidak akan lari ke dunia lain. Dan Rama akan selalu ada. Di manapun, kapan pun dan pada saat yang lain.
OOOO

sL terbangun dari tidurnya. Jam weker di sampingnya berbunyi memaksanya untuk bangun. sLa memaksa membuka matanya, tapi sekelilingnya masih nampak buram. sLa mencoba bangkit dan mengucek-ucek matanya, tapi memori di otaknya masih full terisi oleh mimpinya barusan. Mimpi yang aneh gumamnya.

sLa tak habis pikir kenapa Rama tak mau mendengar penyesalan / tobat Rahwana. Mengapa kepercayaan itu begitu mahal. Namun sLa kembali teringat sesuatu. Tapi Mungkin saja itu hanya taktik Rahwana yang licik Memang sesuatu di dunia ini diciptakan secara berpasang-pasangan. Laki perempuan. Baik buruk. Saling melengkapi dan saling meniadakan.

Mungkin bayangan pertunjukan drama Bali kemarin pagi masih begitu terkesan, hingga mengikutinya sampai masuk ke mimpi. Tiba-tiba memori sLa seperti kembali ke suasana pertunjukan pagi itu. Sebenarnya ceritanya tidak begitu menarik, apalagi suasana waktu itu hujan. Cuma sLa merasa tertarik dengan percakapan Oka, guide-nya, yang baru dikenalnya beberapa hari ini
“Kamu pengen jadi pemeran apa dalam drama itu?” Oka bertanya pada Yume
“Ehm, Rama…Sinta….ato Rahwana juga boleh.” sLa berpikir keras.
“Kenapa?” Oka bertanya. Datar
“Kenapa? Yang jelas aku nggak mau kalo cuma jadi sekedar peloton ato prajurit..”
“Oooo” Oka berkomentar singkat.
“Kalo kamu, Oka?”
“Mungkin orang di balik layar.”
“Kenapa?” sLa penasaran
“Hmm…” Oka tertawa kecil, seakan tahu tanda tanya besar tengah menggelayut di benak sLa. “ Aku lebih memilih “tidak mau diremehkan” ketimbang “dianggap hebat”.
“Maksudmu?” sLa masih bingung.
“ Dia ada, meskipun orang lain tidak mengenalnya. Tapi begitu dia tidak ada maka orang lain akan merasa kehilangan.” Oka menatap lekat wajah sLa, mencoba menanamkan sesuatu. ”Bahkan aku bisa pegang kendali pertunjukan ini!”
sLa berpikir keras. Tapi akhirnya dia berkata lirih “ya aku tahu”.

sLa menatap cermin....
menatap wajahnya.....
sLa Cuma ingin mengerjakan segala sesuatu secara totalitas, tapi orang lebih suka menganggapnya sebagai perfectionis.
sLa lebih suka dianggap sebagai pemikir ketimbang perasa. Segala sesuatu musti dipikir matang-matang . Sebab belum tentu kesempatan muncul dua kali atau lebih. Sebab hidup Cuma sekali. Jadi segala sesuatu dalam hidup ini musti dipersiapkan baik-baik..
Kesalahan sLa terbesar adalah dia dilahirkan dengan sifat yang ”tidak terlalu suka basa-basi”. Baginya berbicara itu seperlunya saja. Yang penting-penting aja. Kesalahan penulisan bisa di tipe-eX tapi tidak untuk kesalahan ngomong. Atas dasar pemikiran tersebut sLa malah dicap sebagai seorang yang ”Jaim”
sLa beranggapan bahwa mempertahankan adalah lebih sulit ketimbang mendapatkan, karena barang yang sudah dibuang tidak bisa diambil lagi. Hasilnya orang lebih suka menganggapnya posesive

sLa menatap cermin.......
menatap wajahnya!
ini Gue dengan segala yang ada.
Loe peduli
Thanks
……sesukaku……….” Oka tersenyum misterius
Yume hanya memandang lekat wajah Oka dengan penuh tanda tanya.


Surabaya, Mei 05
sL@ Chuakev

Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata ato tragedi dari Yunani

Ada peran jahat dan ada ……
Mengapa kita bersandiwara..

Tidak ada komentar:

Pengikut

Kerlap Kerlip Art