mY !maG!n@t!on

my !mag!nat!on was geTT!ng fresH everyday

Rabu, 07 Januari 2009

Cuaca

Ada suatu saat bahwa cuaca sangat mempengaruhi perasaan manusia. Panas bergerak secara tidak tampak di dalam ruang, merambat dengan garis lurus dan dapat dipantulkan.
Saat terik matahari, Parmin tak pernah mengeluh. 40 tahun tinggal di dunia telah mengajarinya berkawan dengan cuaca. Cuaca bumi dapat dikatakan dimulai pada lingkaran tengah bumi. Kerap kali peramal cuaca sekalipun tidak mengetahui yang mana akan menang.
....kali ini pun sepertinya tidak.

Langit telah lelah menangis. Hujan pun reda. Tapi kini langit telah menjelma menjadi malam yang gelap. Parmin belum bisa memejamkan matanya. Bukan lantaran kedinginan yang telah biasa dialaminya seperti hari-harinya yang telah berlalu, tanpa rumah dan tanpa perbekalan apa pun. Sesal masih saja menggelayut di hatinya. Andai saja dia mampu membaca alam. Andai saja Parmin mampu menerima sinyal-sinyal yang diberikan Tuhan, pasti barang dagangannya tak akan kehujanan.
Parmin menatap kerupuk sarmier yang telah basah. Angannya melambung ke Desa, tempat sarmier itu di buat. Mimin, anaknya telah membuatnya dengan pengorbanan yang tak main-main.
“Jam segini kok belum tidur, nduk?”
“Ndak, pa pa Pak nanggung gorengnya, biar bisa jadi banyak. Nanti kalo laku semua, Rp.100 kali banyak kan lumayan Pak.”
Tapi apa kamu besok ga sekolah?
Ya sekolah Pak, wong besok ada ulangan. Tapi jangan kuatir Pak, saya sudah siap kok Pak. Nanti saja tidur 1 jam habis subuhan pasti cukup kok.
Ya sudah kalau begitu. Biar besok bapak jual. Doa kan saja laku semua biar kamu nggak nunggak lagi bayar SPPnya.
Mimin Cuma mengangguk penuh harap.

Parmin kembali menatap sarmier basah. Ini apa bisa jadi uang? Batinnya sesak. Sudah seminggu Parmin tidak pulang. Parmin tidak kuasa membiarkan anaknya kecewa melihat dagangannya belum habis. Tak terasa, perjalanannya dari kereta ke kereta telah mengantarkannya dari desanya Solo ke kota Surabaya. Apa yang didapat dari ketegarannya?
Apakah aneh, sekadar menjalani hidup yang diberikan Tuhan ini dengan harapan? Karena yang banyak terlihat hanyalah kekecewaan yang mendera.

Tidak ada komentar:

Pengikut

Kerlap Kerlip Art