mY !maG!n@t!on

my !mag!nat!on was geTT!ng fresH everyday

Rabu, 04 Desember 2013

" sayang "


Sla masih terjaga. Untuk malam selarut ini, bisa dikatakan Sla ”tak bisa tidur”. Tubuhnya terbujur miring dan matanya masih lekat pada tembok di depannya. Pantulan lampu pada lemari tua membuat kamar itu berwarna orange gelap semu coklat. Sla benar-benar merasa asing. Mungkinkah ini dimensi lain??
Di sampingnya berbaring seseorang yang tak kalah asingnya. Pilihannya berbaring menghadap tembok adalah sedikit cara untuk mengakali sedikit ketakutannya. Ketakutan yang terus mengepungnya, menggelayut berat di pundaknya. Ini sudah hari ke 3. Tapi ketakuatan itu terus saja bergelayut di benaknya. Ketakutan pada keterbatasan yang tak peka, pada sekedar ruang yang ada, pada sekedar hal-hal yang tak ada.
sLa duduk semeja dengannya. Mata orang itu lekat padanya. Orang itu serius secara aneh, jarang diam tapi penuh harap dalam diamnya. Kuakui memang dia punya sesuatu yang menabjubkan, bahwa pada wajahnya. Kerut-kerut ketuaan itu menampakkan tidak sedikit jejak pengalaman atau pengetahuan. Kerut-kerut itu bukan sekedar keriput kecil dan lunak. Sedang tatapannya, tatapan itu memiliki kepercayaan yang lahir dari rasa tak berdosa sedikitpun.
“Dia adalah ibu dari ibuku.” Batinnya lirih
Sekarang Sla merasa tak kenal.... Apa dia sama dengan ibuku? Ibu yang menyediakan kesempatan tanpa mengaharap balasan, bagaimana mengambil manfaat dari kedekatan tanpa membuat semangat tumpul karena kebiasaan.
“Aku sayang pada ibuku. Ibu pernah bercerita padaku tentang mimpinya yang selalu diulang. Mimpi tentang masa kecilku, masa-masa lucu. Masa ketika ibuku harus menanamkan banyak nilai kehidupan dalam diriku tentang apa yang baik dan buruk. Terlibat banyak masalah karena aku. Tapi kurasa beliau menikmatinya. Dan selalu membuatku merasa aman_menjadi anaknya_. Seingatku ibuku tak pernah mengekangku. Ia adalah seorang wanita yang kuat. Ia bukan seorang ibu yang suka mengeluh sehingga anak pun tumbuh dengan cara berpikir positif.” Ucap sLa berbicara pada dirinya sendiri.
“Apa nenek juga seperti ibu???”
Setahuku tidak....
Tapi kurasa ibuku selalu menyayangi nenek.
Entahlah.
Banjir emosi yang membingungkan menyapa diri sLa.

Dia adalah ibu dari ibuku. Umurnya 78 tahun dan berbaring di ranjang. Jantungnya, mesin kehidupan itu, sama tuanya dan tak akan mampu lagi melaksanakan tugas-tugas tertentu. Jantung tua itu masih membanjiri kepalanya dengan cahaya akal. Tapi jantung tua itu juga masih mengijinkan kedua kakinya untuk memikul beban tubuhnya yang kurus untuk berkeliling rumah. Lepas dari segala metaforku, kemampuan itu dimiliki berkat semangatnya yang luar biasa.

Benar-benar wanita kuat. Bertahun-tahun kesepian telah mengajarinya bahwa dalam kenangan seseorang, semua hari akan cenderung tampak sama saja, tapi juga tak satu pun hari, bahkan sebuah hari di penjara atau di rumah sakit, yang tak membawa kejutan-kejutan minimal. Dalam kurungan-kurungan lainnya, ia telah menyerah pada rayuan untuk menghitung hari dan jam yang berlalu, tapi kurungan kali ini tiada memiliki akhir-kecuali jika suatu pagi angin membawa hawa kematian seorang...

sLa sadar. Selama ini tak ada kata sayang untuk nenek. Kalau boleh memilih, dia akan lebih memilih menjadi anak kecil yang hanya akan menangis ketika neneknya pulang. Tapi manis asam dunia telah memberinya pengetahuan. Pengetahuan yang membuat hubungan berjarak dan jarak yang semakin merenggang. Entah....sampai kapan.....


Tidak ada komentar:

Pengikut

Kerlap Kerlip Art